Zero by One
Jika memang benar manusia ibaratkan angka. Maka aku adalah nol dan kamu adalah satu. Nol yang seringkali terlupakan bahwa ia juga anggota dari bilangan asli. Nol yang lingkarannya sempurna namun kosong isinya. Nol yang perjalanannya tak pernah sampai. Dan nol yang jika dikalikan dengan angka lain maka hanya ia yang bersisa.
Lalu kamu, satu. Angka yang bentuknya sempurna. Angka yang memiliki awal dan ujung. Angka yang paling sederhana. Angka yang jika disandingkan dengan angka lain maka muncul angka baru.
Aku yang merasa lebih sakit saat tertawa dibanding menangis. Aku yang merasa sendiri dan kesepian di saat yang lain menunjukkan senyum kebahagiaan. Lalu kamu datang. Satu. Hanya satu. Menemani. Mengganti dan mengubah semuanya menjadi sesuatu yang baru.
"Berdua lebih baik daripada sendiri," ucapmu pada siang yang mendung sambil memegang payung agak tinggi agar bisa berbagi keteduhan. Maka sungguh, kamu lebih teduh daripada payungmu sendiri.
Awalnya kupikir tak apa bila mati, sebab di sini, aku adalah pengecut yang tak berani berdiri sendiri. Tapi kamu meyakinkan bahwa aku bisa menjadi pemberani suatu hari nanti. Kamu mengatakan bahwa jika ketakutan menghampiri, maka genggam tangan erat.
"Haruskah aku lari?"
"Jika kamu mau. Kita bisa ciptakan dunia sendiri." Jika bisa, aku mau memutar kalimat ini hingga bumi berhenti mengelilingi matahari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar